KANAL  

Dedi-Erwan Tertinggi di Pilkada Jabar, Pengamat: Buah Kerja Lama

Dosen Departemen Ilmu Politik Universitas Padjadjaran Firman Manan

KABARPANTURA.ID — Elektabilitas Calon Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi paling tinggi di antara kandidat lain, merujuk hasil survei terbaru Indikator Politik Indonesia.

Dosen Departemen Ilmu Politik Universitas Padjadjaran Firman Manan menilai wajar. Menurut Firman, tingginya elektabilitas Dedi Mulyadi dampak kerja-kerja dan kegiatan yang telah dilakukan lama sebelum pencalonan.

“Tingginya elektabilitas Dedi Mulyadi itu dampak kerja dan kegiatan yang berujung pada popularitas dan elektabilitas,” kata Firman di sela-sela rilis survei Indikator secara virtual, Kamis (12/9).

Firman mengatakan, kegiatan-kegiatan Dedi Mulyadi, baik di darat dan media sosial, berbuah tingginya popularitas dan elektabilitas.

Seperti diketahui, survei Indikator Politik Indonesia menemukan elektabilitas Dedi Mulyadi paling tinggi dibanding kandidat lain. Dalam simulasi empat nama, misalnya, elektabiltas Dedi Mulyadi paling tinggi di antara calon lain. Elektabilitas mantan Bupati Purwakarta itu mencapai 77,3 persen.

“Pada simulasi empat nama, Dedi Mulyadi mendapatkan elektabilitas tertinggi dengan 77,3 persen,” kata Founder dan Peneliti Utama Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi, saat memaparkan hasil survey bertajuk ‘Peta Elektoral Terkini Pilkada Jawa Barat’ secara virtual Kamis (12/9).

Survei Indikator dilakukan dalam rentang 2-8 September 2024, melibatkan 1.200 responden dengan tingkat kepercayaan mencapai 95 persen.

Pada simulasi empat nama, elektabilitas Dedi Mulyadi jauh meninggalkan Ahmad Syaikhu (10,8 persen), Acep Adang Ruhiat (2,2 persen), serta Jeje Wiradinata (2,1 persen).

Pada simulasi empat pasangan, Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan juga unggul dengan 77,81 persen. Sementara Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie sekadar 10,98 persen, Acep Ruhiat-Gitalis Natarina 2,24 persen, dan Jeje Wiradinata-Ronal Surapradja 2,24 persen.

Hadir dalam diskusi Peneliti Utama Indikator Politik Indonesia Hendro Prasetyo dan Rizka Halida (moderator), termasuk Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta Gun Gun Heryanto. ***